Jika kita pergi ke pelosok di wilayah daratan Timor Barat, maka kita akan sering menjumpai beberapa hal yang tidak ditemukan di tempat lain. Ketika memperhatikan penduduknya, hampir semua orang laki-laki dan perempuan selalu terlihat sebagai pesolek dengan balutan gincu di bibirnya. Dan tidak lupa mereka selalu membawa seperangkat peralatan yang biasanya disimpan dalam kotak atau tas kecil semacam box kosmetik. Tapi ternyata bibir yang merah itu bukanlah gincu melainkan warna yang membekas akibat sirih pinang di mulut mereka, sedangkan kotak box kosmetik yang disebut Oko Mamah atau yang berbentuk tube disebut Aluk itu adalah perlengkapan standar untuk menikmati sirih pinang. Oko Mamah biasa dipakai oleh para kaum wanita sedangkan Aluk dipakai oleh kaum laku-laki.
Selain itu, jika kita melihat ke hamparan tanah atau lantai di perkampungan penduduk, kita akan melihat banyak bekas bercak merah darah yang tercecer di atas tanah, diatas lantai, di batu, atau di dahan dan daun yang rendah. Tapi tak usah panik atau takut, itu bukanlah darah yang tertumpah akibat pembunuhan bukan pula bekas hewan yang terbantai.. itu adalah 'limbah organik' yang dihasilkan oleh proses fermentasi instan antara buah sirih, buah pinang, kapur, dan air liur penduduk.
'Mamah' sirih pinang sudah menjadi tradisi masyarakat Timor yang tidak diketahui mulai kapan kebiasaan tersebut berlangsung. Tradisi 'mamah' sirih pinang ini juga sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Timor, hampir seluruh acara adat dan acara resmi lain selalu diawali dengan acara makan sirih pinang terlebih dahulu. Ketika tamu baru datang, sebelum minuman dihidangkan biasanya terlebih dahulu disediakan seperangkat sirih pinang di atas meja. Dan konon sebagai tanda bahwa sang tamu menaruh rasa hormat pada tuan rumah, maka sang tamu harus mencicipi sirih pinang tersebut.
Untuk dapat memamah sirih pinang, Orang Timor harus menyiapkan tiga bahan penting yakni buah sirih, buah pinang, dan kapur sirih. Ketiga bahan ini sangat mudah ditemukan di pelosok daratan timor, terlebih buah pinang dan kapurnya. Pohon pinang banyak terdapat di pekarangan penduduk atau di daerah mata air, sedangkan kapur sirih diambil dari bunga karang yang telah mati kemudian dibakar hingga menjadi bubuk kapur. Bagi anda yang ingin mencicipi sirih pinang sebaiknya berhati-hati, karena jika kita salah memamahnya atau sampai menelannya terutama pada mamahan pertama maka akan mengakibatkan 'mabuk sirih pinang' yakni pusing kepala dan mual-mual.
Hal unik lain dari tradisi mamah sirih pinang ini adalah ketika usai dilakukan suatu acara adat atau sekedar berkumpulnya para orang tua. Di sekitar lokasi acara tersebut akan dengan mudah ditemukan bercak-bercak merah darah di tanah atau di pohon-pohon, bahkan warna merah darah tersebut dapat menjadi dominan di tanah karena banyaknya pemamah sirih pinang yang membuang ludahnya di tempat yang sama. Akibat tradisi yang selalu menghasilkan limbah inilah yang sering diprotes oleh para ABK kapal atau fery yang melayari kepulauan di NTT. bisa dibayangkan jika di dalam sebuah kapal terdapat 100 orang yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan mamah sirih pinang.. kapal yang biasa berwarna coklat dan putih itu bisa berubah warna mendadak di tengah perjalanan akibat siraman limbah sirih pinang yang dibuang sembarangan.
Jadi bagi anda yang saat ini ingin mengubah warna rumah atau mobil anda menjadi merah, tak usah mengeluarkan ongkos besar buat membeli cat. Anda cukup menyediakan seperangkat sirih pinang dan mengundang beberapa orang Timor untuk memamah sirih pinang. Dijamin deh warna rumah atau mobil anda bakal berubah seketika menjadi merah. Silahkan mencoba..
3 komentar:
Menyenangkan bisa 'mamah' sirih pinang...
Apakah hanya di pulau tim0r masyarakatnya memamah sirih pinang?? Bagaimana dengan di tempat lain??
Memamah sirih pinang bukan hanya dilakukan di Pulau Timor, hampir seluruh masyarakat di NTT juga melakukannya.
Posting Komentar