Sebelum tentara Jepang memasuki wilayah ini, Pulau Kera diceritakan sebagai pulau kecil yang dipenuhi dengan pohon kelapa. Namun saat ini di pulau tersebut hanya terdapat tumbuhan perdu dan di sebagian tempat telah dipenuhi dengan pohon turi. Untuk menjelajahi pulau ini kita bisa berjalan melalui jalan setapak berpasir yang membelah padang rumput selama 15 menit. Jika ingin mengelilingi pulau, cukup menyusuri tepian pantai yang berpasir putih dan lembut selama 30 menit dan kita akan menemui titik keberangkatan semula.
Menurut cerita penduduk kupang, hingga tahun 80-an Pulau Kera masih belum berpenghuni. Namun saat ini telah terdapat beberapa rumah penduduk nelayan yang berasal dari suku Bajo yang jumlahnya mencapai belasan serta beberapa gubuk peristirahatan di tepi pantai. Seluruh warga di pulau ini adalah nelayan dan petani rumput laut. Fasilitas umum yang ada di pulau ini hanyalah sebuah mushollah kecil serta sumur yang berair payau. Oleh karena itu hingga saat ini warga masih mengambil air tawar dari Kupang atau Semau untuk kebutuhan air minum.
Pemandangan kota kupang dari kejauhan dapat dinikmati dari pulau ini dengan mudah. Sore hingga malam hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati suasana di Pulau Kera.
Kita bisa menikmati senja sambil tiduran di pasir yang sangat halus dan bersih serta memandang matahari terbenam di ujung garis laut. Di malam hari kita bisa merasakan hembusan angin laut lepas disertai deru ombak di tengah kesunyian yang beraroma pasir dan rumput mampu menciptakan sensasi yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain.
Jika ingin menelusuri pulau ini, sebaiknya kita menggunakan alas kaki. Meskipun tanahnya hanya berupa pasir, namun terdapat banyak duri-duri kecil yang berasal dari bunga rumput yang mengering. Namun jika anda datang ke Pulau Kera menggunakan perahu nelayan yang berukuran besar, sebaiknya telah memperhitungkan waktu kedatangan dan keberangkatan dengan tepat. Sebagai informasi, Pulau Kera adalah pulau pasir yang relatif landai dengan garis pantai yang sangat tergantung pada ketinggian air laut. Kapal nelayan yang relatif besar tidak akan bisa mendarat di bibir pantai di saat air surut, dan hanya bisa berlabuh jangkar di tempat yang jauhnya sekitar 50-100 meter dari bibir pantai terluar. Jadi, sebaiknya anda segera meninggalkan pulau tersebut sebelum air surut.