19 November 2010

Lembah Harau

Dinding Tebing Harau
Jika kita berwisata di Sumatera Barat, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Taman Wisata Lembah Harau yang berada di kabupaten Limapuluh Koto. Lembah Harau adalah sebuah lembah yang diapit oleh tebing batu granit dengan kemiringan 90 derajat alias berdiri tegak secara massif. Ketinggian tebing-tebing ini bervariasi antara 80 hingga 300 meter. Yang membuat kagum selain tinggi serta panjangnya tebing yang menjadi dinding lembah harau tersebut, juga mosaic warna yang muncul antara hitam kecoklatan dan putih dihiasi gumpalan-gumpalan rerumputan dan pepohonan perdu yang menempel di tebing. Sementara di dasar lembahnya terdapat sawah-sawah dan sedikit perkampungan. Melihat kontur dan bentuk lembah ini, sepertinya lembah harau tercipta akibat gesekan bumi maha dasyat yang menyebabkan turunnya massa tanah yang kini menjadi lembahnya.
Salah Satu Air Terjun di Akar Berayun
Terdapat 5 air terjun besar yang berada di dua lokasi yakni satu di Sarasah Buntah dan yang lain berada di Akar Berayun. Selain itu terdapat beberapa air terjun kecil yang mengalir di sepanjang kiri dan kanan jalan. Tinggi ke-lima air terjun tersebut berbeda-beda, antara 50 hingga 90 meter. Sedangkan debit air yang mengalir biasanya tergantung curah hujan yang turun sebelumnya. Ketika saya mendatangi lembah ini yang pertama di bulan November 2009, debit air terjunnya kecil sehingga pengunjung bisa mendekat dan mengambil gambar dengan aman. Sedangkan ketika saya berkunjung ke lembah ini di akhir bulan Januari 2010, debit air cukup besar sehingga menciptakan cipratan air hingga 20 meter dan menerbangkan embun-embun yang membuat pengunjunga tak bisa mengambil gambar dari dekat menggunakan kamera tanpa pelindung water proof.
Udara di lembah Harau cukup sejuk dan cenderung dingin. Hal tersebut karena lembah ini masih berada di dataran yang cukup tinggi. Di pagi dan sore hari, kabut biasa datang dari atas tebing menuruni lembah sehingga menambah keelokan lembah harau. Mendekati ujung lembah, tepatnya 350 meter sebelah kiri dari gerbang lembah harau, terdapat Echo Point, yakni tempat yang menimbulkan efek pantulan bunyi/suara (echo). Di tempat ini disediakan panggung kecil tempat pengunjung membuktikan efek echo dengan  berteriak lantang sehingga akan terdengar pantulan suara di seberang dinding tebing yang berjarak sekitar 300 meter.
Di atas tebing-tebing harau, terdapat hutan yang menurut warga setempat  terdapat suaga marga satwa seluas 250 hektar dan dihuni berbagai hewan liar asli sumatera seperti monyet ekor panjang, beruk, landak, tapir, beruang, berbagai jenis burung serta harimau sumatera.
Menikmati lembah harau kurang pas jika kita tidak menginap di sini. Suasana malam yang sunyi berteman suara berbagai hewan dari atas tebing serta gemuruh air terjun sangat nyaman untuk bersantai. Sementara di pagi hari, kita bisa menikmati turun dan naiknya kabut di sekitar kita serta menikmati kopi dan sarapan mie panas yang disediakan oleh penjual yang berada di sekitar air terjun sarasah buntah.

Jika ingin menginap di sini, terdapat hotel bertemakan resort yakni Lembah Echo Resort dengan bangunan-bangunan yang menyatu dengan alam dan berada tepat di tepi dinding tebing sebelah kiri. Lokasi hotel ini berada di dekat echo point. Kamar yang disediakan bertarif mulai 75 ribu untuk driver (1 orang), 400-600 ribu untuk bungalow yang bisa digunakan untuk 6 orang. Atau bagi mereka yang ingin berkemping, terdapat lokasi kemping di dekat air terjun Akar Berayun.
salah satu bungalow Lembah Echo Resort
Lembah harau berjarak 47 Km dari Bukittinggi dan 15 Km dari kota Payakumbuh. Untuk mencapai lokasi wisata lembah Harau, pengunjung bisa menggunakan angkutan umum ‘Tranex’ atau ‘Sinar Ayah’ ¾ jurusan payakumbuh, dari Payakumbuh lanjut pakai angkot ke Tanjung Pati turun di simpang harau dan melanjutkan dengan bettor (becak motor) yang tersedia di sana. Namun untuk lebih nyaman dan cepatnya, sebaiknya menggunakan kendaraan sewaan. Untuk sewa mobil, biasanya bertarif 250 ribu per hari tanpa supir alias dibawa sendiri, atau carter dg supir plus bensin seharga 400-500 ribu per hari. Sedangkan jika ingin sewa motor, tarif yang berlaku biasanya adalah 50 ribu per hari.
 

24 Oktober 2010

Aku, Bagian dari Generasi Pemusnah (catatan dari masa kecil di desa)

Kenangan Masa Kecil

  Bersyukur aku lahir dan dibesarkan di sebuah desa yang masih memberikan berbagai kenikmatan dari alamnya. Desaku berada di Kec. Mojosari yang masuk wilayah Kab. Mojokerto. Dari sini terlihat jelas deretan pegunungan Welirang di sebelah selatan yang dulu sering aku imajinasikan sebagai sesosok raksasa yang sedang tidur membentang dengan kepala di sebelah timur dan kaki di sebelah barat. Sementara sosok gunung Penanggungan yang mirip tumpeng bertutup daun pisang berada tak jauh di bawahnya. Di masa kecilku, sebagian besar masyarakat di desa beraktifitas sebagai petani, namun kemudian sebagian lain beralih bekerja di industri rumahan sebagai pembuat genting. Masyarakat hidup berdampingan secara akrab dengan alam.
  Masih dapat kuingat kehidupan saat aku dan teman-teman sebaya masih di sekolah dasar. Setiap pagi, kalau bukan dibangunkan oleh ibu, aku selalu terjaga oleh kicauan berbagai jenis burung yang ada di pohon2 belakang rumah. Dan jika hari menjelang petang, lengkingan ribuan burung manyar terdengar bersahutan menciptakan semarak di sore hari, mereka bersarang di deretan rumpun bambu di sepanjang bibir curah (jurang sungai) yang berada tak jauh dari rumahku. Jika musim padi telah tiba, kami anak2 merasa senang sekali saat disuruh orang tua untuk menjaga sawah dari serbuan burung emprit (pipit). Saat itu kami mengenal ada 2 jenis emprit, yakni emprit biasa yang berkepala hitam dan emprit kaji yang berkepala putih mirip topi haji. pemilik sawah biasanya telah menyiapkan gubuk di tengah pematang sawah. Dari gubuk ini kami menggerakkan ondok2 (orang2an sawah) dengan cara menarik-narik tali yang juga dihiasi plastik2 sehingga terlihat seperti orang yang melambai-lambai guna mengusir kawanan emprit yang hendak hinggap di tanaman padi. Kawanan burung emprit ini bisa berjumlah puluhan hingga ratusan ekor, sehingga sekali hinggap bisa memakan buliran padi hingga habis dari batangnya. Kami tak pernah tahu dari mana burung itu datang dan bagaimana mereka bisa berkumpul sedemikian banyak karena kami jarang sekali menemui sarangnya. Justru sarang burung prenjak lah yang sering dijumpai menggantung di antara batang2 tanaman padi yang masih muda atau di batang2 tanaman kedelai. Namun karena burung prenjak bukanlah jenis yang diminati anak2, sehingga tak pernah kami pedulikan keberadaannya waktu itu.

7 Oktober 2010

Danau Maninjau




Danau Maninjau adalah sebuah danau vulkanik yg berada di ketinggian 461,50 meter dpl dan berada Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat. Gempa 30 September 2010 telah mengoyak tebing-tebing yang mengelilingi danau ini. sebagian tebing-tebing curam yang memiliki tinggi antara 200-400 meter ini mengalami longsor sehingga selain mengakibatkan 3 kampung luluh lantak, juga membekaskan mosaic yang mirip cakaran raksasa di sepanjang tebing yang mengelilingi danau. Selain terkenal karena kemilau danau ini di kala pagi hari, danau maninjau juga terkenal karena ikan kerambahnya. Di danau ini juga terdapat ikan khas seperti rinuak (sejenis ikan teri sebesar biji padi) dan ikan bilih yang lebih mirip ikan wader namun lebih panjang.
Dari kota Padang, danau ini dapat ditempuh dalam waktu 3 jam dengan jarak sekitar 140 km. Sementara jika kita dari Bukittinggi, hanya butuh waktu 1 jam dengan jarak 36 kilometer menuruni Kelok 44 yang. Jalur terbaik untuk menikmati danau ini adalah dari Bukittinggi, selain tidak terlalu jauh, sepanjang perjalanan kita bisa menikmati pemandangan khas dataran tinggi yang dihiasi sawah di perbukitan dan lembah serta perkampungan yang asri. Selain itu, dari Kelok 44 kita dapat menikmati danau maninjau secara keseluruhan. Tempat favorit untuk mengambil foto Danau Maninjau berada di kelok 36. Dari sini kita dapat mengambil gambar Danau Maninjau dengan latar depan sawah terasiring dan sebuah bangunan kecil beratap mirip rumah gadang.
Berkeliling danau maninjau merupakan salah satu wisata yang bisa dinikmati dengan menyewa sepeda motor. Berkeliling danau ini membutuhkan waktu satu jam. Jika kita mulai mengelilingi danau dari pusat kampung Maninjau, kita bisa mengabil arah kiri dan kita akan menjumpai perkampungan yang masih didominasi bentuk rumah panggung khas maninjau dengan arsitektur kuno namun bukan rumah gadang, di Sungai Batang terdapat museum Buya Hamka, di sini juga terdapat shelter penampungan pengungsi longsor dari 3 desa di sekitar Maninjau. Namun setelah itu kita akan menyaksikan bekas reruntuhan longsor yang telah menghancurkan perkampungan warga di Pandan, Galapung, dan Batunanggai. Di ujunga danau, kita bisa beristirahat di Muko-muko, di sana terdapat PLTA Maninjau yang juga dijadikan tempat rekreasi oleh warga sekitar. Terakhir kita bisa menikmati keindahan Danau Maninjau mulai dari perpaduan tebing dan perbukitan, sawah, serta barisan pohon kelapa di pinggir danau mulai dari Koto Kaciak hingga Bayur. Di sekitar Maninjau kita bisa menyaksikan beberapa masjid dengan arsitektur yang khas dan menarik.

Banyak pilihan untuk menginap di Danau Maninjau. Kita bisa mendapatkan penginapan atau wisma murah mulai dari seratus ribuan yang banyak berada di sepanjang jalan tepian danau maninjau, terutama di sekitar perkampungan maninjau. Di sini banyak penginapan atau kafe sederhana yang menyediakan penyewaan sepeda bagi para turis untuk sekedar bersepeda di sepanjang jalan tepian danau. Di sekitar danau maninjau pun terdapat beberapa hotel yang menyediakan air panas dan air conditioner. Beberapatempat penginapan atau hotel yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat menginap antara lain penginapan Tan Direh yang bertarif 150 ribuan, atau hotel pasir panjang yang bertarif 300 ribuan. Jika menginginkan suasana resort yang berada di ketinggian dengan pemandangan Danau Maninjau di bawahnya, anda bisa menginap di Nuansa Maninjau Resort yang berada di atas kelok 44 dengan tarif kamar mulai 450 ribu.


5 Juni 2009

Pulau Kera

Pulau Kera adalah pulau yang terletak di ambang Teluk Kupang. Pulau ini dapat dijangkau dengan menggunakan perahu nelayan selama kurang lebih satu jam. Dari pantai kupang, pulau ini terlihat seperti garis putih yang tertutup cendawan berwarna hijau gelap. Hal ini karena Pulau Kera adalah pulau pasir yang ditutupi rumput dan tanaman perdu. Luas Pulau Kera tidak dapat ditentukan secara tepat karena sangat tergantung pada pasang surut air laut. Namun menurut warga setempat pulau ini memiliki luas rata2 1,5 Km. 

Sebelum tentara Jepang memasuki wilayah ini, Pulau Kera diceritakan sebagai pulau kecil yang dipenuhi dengan pohon kelapa. Namun saat ini di pulau tersebut hanya terdapat tumbuhan perdu dan di sebagian tempat telah dipenuhi dengan pohon turi.  Untuk menjelajahi pulau ini kita bisa berjalan melalui jalan setapak berpasir yang membelah padang rumput selama 15 menit. Jika ingin mengelilingi pulau, cukup menyusuri tepian pantai yang berpasir putih dan lembut selama 30 menit dan kita akan menemui titik keberangkatan semula.

Menurut cerita penduduk kupang, hingga tahun 80-an Pulau Kera masih belum berpenghuni. Namun saat ini telah terdapat beberapa rumah penduduk nelayan yang berasal dari suku Bajo yang jumlahnya mencapai belasan serta beberapa gubuk peristirahatan di tepi pantai. Seluruh warga di pulau ini adalah nelayan dan petani rumput laut. Fasilitas umum yang ada di pulau ini hanyalah sebuah mushollah kecil serta sumur yang berair payau. Oleh karena itu hingga saat ini warga masih mengambil air tawar dari Kupang atau Semau untuk kebutuhan air minum. 

Pemandangan kota kupang dari kejauhan dapat dinikmati dari pulau ini dengan mudah. Sore hingga malam hari adalah waktu yang tepat untuk menikmati suasana di Pulau Kera.

Kita bisa menikmati senja sambil tiduran di pasir yang sangat halus dan bersih serta memandang matahari terbenam di ujung garis laut. Di malam hari kita bisa merasakan hembusan angin laut lepas disertai deru ombak di tengah kesunyian yang beraroma pasir dan rumput mampu menciptakan sensasi yang mungkin tidak ditemukan di tempat lain.

Jika ingin menelusuri pulau ini, sebaiknya kita menggunakan alas kaki. Meskipun tanahnya hanya berupa pasir, namun terdapat banyak duri-duri kecil yang berasal dari bunga rumput yang mengering. Namun jika anda datang ke Pulau Kera menggunakan perahu nelayan yang berukuran besar, sebaiknya telah memperhitungkan waktu kedatangan dan keberangkatan dengan tepat. Sebagai informasi, Pulau Kera adalah pulau pasir yang relatif landai dengan garis pantai yang sangat tergantung pada ketinggian air laut. Kapal nelayan yang relatif besar tidak akan bisa mendarat di bibir pantai di saat air surut, dan hanya bisa berlabuh jangkar di tempat yang jauhnya sekitar 50-100 meter dari bibir pantai terluar. Jadi, sebaiknya anda segera meninggalkan pulau tersebut sebelum air surut.

4 Juni 2009

Snorkling di Selat Semau

Di bawah ini adalah sebagian kecil dari makhluk laut yang sempat diabadikan dengan kamera biasa saat air surut di Selat Semau, 500 m sebelum Pelabuhan Tenau atau tepatnya seberang Gua Monyet Tenau - Kupang. Lokasi tersebut sangat mudah dijangkau dari Kota Kupang karena hanya berjarak 5 Km dari pusat kota Kupang.

Pemandangan bawah laut tersebut dapat dilihat dengan mudah bersnorkling saat laut surut. Berbagai jenis ikan hias yang bermain di indahnya terumbu karang dapat dijumpai hanya dengan berenang 10-50 meter dari bibir pantai mulai dari ikan badut (Clown Fish), berbagai type ikan Kepe-Kepe, berbagai ikan Keling (Wrasse fish), ikan Lepu Ayam (Scorpion Fish),  trigger kembang, berbagai bentuk Angle fish, butterfly fish / ikan bendera, serta jenis2 ikan karang permukaan lain. jika ingin melihat ikan dasar yang lebih besar atau berbagai jenis udang, perlu memberanikan diri untuk sedikit berenang ke tengah 50-100 meter dari pantai. 

Bagi para snorkler, saat terbaik untuk menikmati makhluk laut adalah saat air surut sedang yang biasa terjadi di pagi hari (07.00-09.00) atau sore hari (15.30-17.30). Hal lain yang bisa dinikmati di tempat ini adalah saat sore hari, dimana selepas bersnorkling kita bisa langsung menikmati sunset dibalik Pulau Semau. jika ingin menikmati berbagai ikan dan udang dasar, sebaiknya hal ini dilakukan saat air surut penuh (meting jauh) di pagi hari (09.00-10.00) yang hanya terjadi pada saat-saat tertentu. Pada saat tersebut, anda dapat berenang di spot-spot Posing (lembah dasar tempat ikan besar berkumpul) yang masih dapat ditembus oleh sinar matahari secara sempurna 2-3 meter dari permukaan air surut. Ikan-ikan yang bisa dijumpai di sini adalah berbagai jenis ikan konsumsi seperti kerapu, kakatua, ikan pari, lobster, bahkan cumi-cumi.