5 November 2007

Jalan-jalan setelah Lebaran

Taman Safari Indonesia II
Di H+3 Lebaran 2007 kali ini aku berkesempatan jalan-jalan dengan keluarga di Taman Safari Indonesia II. Acara jalan-jalan ini sebenarnya rangkaian kegiatan setelah bersilaturrahmi ke sanak famili, acara rutin keluarga di hari lebaran.
Taman Safari Indonesia II (TSI II) terletak di kawasan kaki gunung Arjuna yang masuk di wilayah Kabupaten Pasuruan. Untuk memasuki taman wisata ini bisa ditempuh melalui 2 jalur pintu masuk, dari Pandaan dan juga dari Prigen.
Keramaian jalanan di kawasan wisata mulai dari Pacet, Trawas hinga Prigen cukup terasa. Kendaraan roda 2 maupun roda 4 memadati jalanan di pegunungan Arjuno/Welirang. Kepadatan kendaraan roda 4 makin terasa saat memasuki pintu masuk Taman Safari dari jalur Prigen, meskipun pintu ini adalah pintu kedua, sedangkan pintu utama berada di jalur Pandaan.
Untuk memasuki Taman Safari pengunjung ditarif Rp.35.000 untuk Dewasa dan Rp.30.000 untuk anak balita. Bagi pengunjung yang datang menggunakan motor atau rombongan pengelola menyediakan fasilitas bus keliling, sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan roda 4 pribadi pengunjung dapat langsung memasuki kawasan yang dihuni sekitar 200 jenis satwa liar ini dengan kendaraannya. Lokasi Taman Safari yang berada di lereng gunung Arjuno dengan hamparan hutan pinus membuat tempat ini cukup ideal dijadikan tujuan wisata keluarga karena selain dapat berjalan-jalan sambil mengamati berbagai satwa dengan suhu udara yang cukup sejuk, juga disediakan sarana rekreasi keluarga dengan berbagai fasilitas hiburannya yang terletak di area parkir dalam kawasan.
Seperti halnya Taman Safari Indonesia I yang ada di Bogor, di TSI II ini semua satwa penghuninya dilepas di suatu kawasan berikat yang dipagari kawat antara satu pengandangan dengan pengandangan lain. Sistem pengandangan ini disesuaikan dengan sifat dan asal satwa di habitat aslinya. Hal ini sepertinya ditujukan agar antara satu jenis hewan dengan jenis lainnya tidak saling mengganggu. Hal lain yang cukup khas ala Taman Safari adalah keakraban satwa liar dengan mobil pengunjung, hewan bisa berjalan bebas diantara mobil pengunjung, terutama untuk hewan-hewan mamalia yang berasal dari Afrika. Keakraban ini mulai dirasakan pengunjung dari dalam mobil saat mobil memasuki kawasan mamalia, hewan-hewan tersebut dengan pede akan langsung menghampiri kaca jendela mobil yang terbuka berharap ada sesuatu yang dikeluarkan oleh penumpang yang bisa dilahap, persis pengamen dan pengemis di perempatan lampu merah Surabaya. Meskipun pengelola sudah memberi peringatan melalui tulisan yang ditempel di tempat-tempat tertentu untuk tidak memberi makan hewan, namun sepertinya para pengunjung tidak menggubrisnya dengan tetap memberi makanan melalui jendela mobil mereka, begitu juga dengan si hewan yang memang tidak bisa membaca peringatan tersebut. Bahkan untuk beberapa jenis hewan tampak dijaga ketat oleh petugas agar hewan tidak memakan pemberian pengunjung, seperti yang terihat di pengandangan gajah, ketika seekor gajah nekat mendekati sebuah mobil yang menyodorkan sejumput makanan dan langsung melahapnya, rupanya si gajah tidak melihat kalau ada petugas yang tak jauh darinya sedang memperhatikan. Ketika si gajah menyadari bahwa dia sedang dihampiri oleh sang petugas dengan pentungan kayu ditangan, sontak si gajah lari terbiri-birit dan petugas mengejar sambil memukuli kaki si gajah nakal tersebut sebagai hukuman. Pemandangan ini mirip dengan seorang guru yang memukuli murid saat ketahuan melanggar peraturan sekolah. Si Guru yang tidak ramah anak, si petugas yang tidak ramah hewan..


Bersantai di Rm. Sendang Raos
Mencari dan memilih tempat makan terkadang menjadi masalah yang tidak mudah, apalagi bagi orang2 yang sudah rutin dengan kebiasaan makan di luar rumah (anak kos dan sejenisnya). Meskipun pada dasarnya ketika kita lapar, maka orientasi pilihan bukan lagi pada masalah selera, melainkan pada hasrat mengisi perut itu sendiri. Namun dengan makin banyaknya pilihan tempat makan dengan berbagai menu dan konsep suasana yang ditawarkan, maka terpaksa kita harus memilih. Pengalaman pelik dalam memilih tempat makan sering aku alami sebagai anak kos, baik sewaktu di Maumere maupun sekarang di Kupang. Begitu juga jika sedang berada di kampung halaman ketika hendak hangout bersama teman.
Saat ini semakin banyaknya rumah makan berdiri dan wisata kuliner telah menjadi fenomena gaya hidup hampir di semua kota. Untuk menarik pengunjung maka banyak rumah makan menawarkan berbagai daya tarik berupa konsep suasana maupun menu yang disajikan.
Suasana keakraban dan pemandangan alam dengan menu harga terjangkau merupakan konsep yang sepertinya ditawarkan oleh Pak Tjuk melalui Rm Sendang Raos yang berlokasi di Jl Trawas-Mojosari di desa Jatijejer Kec. Trawas. Rumah makan ini menyajikan menu yang sederhana dan terbatas, Cuma terdapat menu ayam lalapan, sari kali (mulai ikan wader hingga nila) tempe/tahu penyet, beberapa makanan khas jawa timuran, dan gurami bakar yang menjadi menu andalannya. Menu ternyata bukan menjadi daya tarik utamanya, tetapi suasana dan pemandangan alam Gunung Penanggungan yang cantik adalah keunggulannya.
Dari jalan rumah makan Sendang Raos hanya dimunculkan oleh papan nama dan gapura, sedangkan rumah makan yang berbentuk pendopo joglo baru ditemukan setelah kita memasuki jalan pelataran sekitar 50 m.
Selain pendopo yang terbagi dalam dua bagian besar yang menghadap langsung ke arah gunung dan sebuah kolam memanjang di depannya, pengunjung juga dapat memilih bungalow kecil yang berada di area parkir mobil dan lebih dekat ke areal perkebunan di sisinya. Di dalam pendopo sendiri dipenuhi dengan hiasan gebyok jati ukir serta terdapat pilihan meja makan atau kursi bayang yang biasanya ada di teras rumah kepala desa Jawa di jaman lampau. Jika ingin berlama-lama sambil bersantai bersama rekan atau keluarga, terdapat papan catur atau alat pancing sederhana yang disediakan secara gratis bagi pengunjung. Kegiatan bersantai tersebut bisa dilakukan saat menunggu menu datang ataupun sehabis menikmati makan sambil menikmati udara sejuk pegunungan dan indahnya gunung Penanggungan dari dekat.
Meskipun suasana dan tata ruang yang ditawarkan cukup berkelas namun harga menu makanan cukup murah dan terjangkau, tidak jauh beda dengan harga makanan di Pasar Legi Mojosari. satu ekor gurami besar plus sambal lalap, nasi sebakul, cah kangkung, tempe penyet, tahu penyet masing2 satu porsi, dan 2 minuman segar hanya seharga Rp.37.000,- Meskipun begitu rumah makan lesehan ini tidak terlalu ramai sehingga cukup nyaman bagi pengunjung yang biasanya datang rombongan dengan mobil. Sepertinya pengunjung adalah para wisatawan dari arah Surabaya atau para keluarga yang sudah menjadi langganannya.
Matur nuwun buat Taki yang sudah mengajak dan mentraktir aku di Sendang Raos ini, next time lagi ya....

26 September 2007

Estranged


When you're talkin to yourself
And nobody's home
You can fool yourself
You came in this world alone
Alone
So nobody ever told you baby
How it was gonna be
So what'll happen to you baby
Guess we'll have to wait and see

Old at heart but I'm young
And I'm much too young
To let love break my heart
Young at heart but it's getting much too late
To find ourselves so far apart

I don't know how you're s'posed
To find me lately
An what more could tou ask from me
How could you say that I never needed you
When you took everything
Said you took everything from me

Young at heart an it gets so hard to wait
When no one I know can seem to help me now
Old at heart but I musn't hesitate
If I'm to find my own way out

When I find out all the reasons
Maybe I'll find another way
Find another day
With all the changing seasons of my life
Maybe I'll get it right next time
An now that you've been broken down
Got your head out of the clouds
You're back down on the ground
And you don't talk so loud
An you don't walk so proud
Any more, and what for

Well I jumped into the river
Too many times to make it home
I'm out here on my own, an drifting all alone
If it doesn't show give it time
To read between the lines
'Cause I see the storm getting closer

14 September 2007

Puasa Kali Ini

Puasa Ramadlan lagi... mesti nyiapin segala sesuatunya lagi
mesti bangun jam 3 lagi, makan sahur dan sholat subuh..
nahan nafsu makan dan minum.. itu mudah dan biasa, tapi kalo musti jaga hati dan pikiran.. itu yang susah!
Memang harus berubah kalo lagi puasa.. berubah jam tidurnya, berubah pola makannya, berubah perilakunya, berubah pula kebiasaan liburannya.
Gak bisa lagi begadang sampe larut sambil dengar radio..
Gak bisa lagi nikmati lontong sayur pagi2..
Gak bisa lagi ngopi di meja kerja..
Gak bisa lagi makan siang di 'mbak dyan'
Gak bisa lagi snorkling saat libur..
Tapi meskipun sepertinya harus meninggalkan hal2 duniawi yang menyenangkan itu.. masih ada satu kenikmatan yang hanya ada di bulan puasa, menikmati saat berbuka..
Jadi teringat saat masih kecil di kampung halaman, di bulan puasa, kebahagiaan yang tak tergantikan..
Alhamdulillah, ternyata aku masih bisa menikmati bulan Ramadlan tahun ini

30 Agustus 2007

Malaysia, Ada Apa Dengan Tetangga Kita itu?

Tetangga yang dekat jauh lebih berharga daripada saudara yang jauh. Tetapi 'tetangga dekat' tidak selalu lebih baik daripada saudara yang jauh. Tetangga yang dekat berarti tetangga yang benar-benar dekat baik secara fisik maupun secara emosi. Akan tetapi tetangga dekat tidak selalu menjadikan kita merasa dekat secara emosional, apalagi di saat egoisme menjadi suatu yang dominan dalam kehidupan global seperti sekarang.
Ungkapan di atas mungkin bisa menjadi refleksi bagi kita sebagai individu dan bangsa kita sebagai suatu komunitas di dunia internasional. Seringkali negara tetangga dekat kita menjadi tetangga yang tidak dekat dengan bangsa kita. Beberapa kali darah kita mendidih sebagai anak bangsa karena ulah negara tetangga kita.
Salah satu negara yang akhir-akhir ini paling sering membuat harga diri kita terusik adalah tetangga dekat kita yang serumpun, Malaysia. Berulangkali kita harus bersitegang akibat ulah tetangga kita itu.
Mulai dari lepasnya Pulau Sepadan dan Ligitan ke tangan Malaysia. Kita dengan mudah dikangkangi oleh Malaysia dalam penguasaan pulau tersebut hanya dengan bukti pengelolaan pulau terlebih dulu.
Warga Negara Malaysia juga telah menjadi penjarah utama hutan-hutan kita di Kalimantan.Cukong-cukong kayu dari Malaysia telah memperdayai kita melalui warga miskin di sekitar hutan untuk membalak hutan secara ilegal yang kemudian hasilnya dapat dibawa secara mudah ke wilayah Malaysia akibat bobroknya sistem pengamanan dan peradilan di negara kita. Akibat penjarahan dan perusakan hutan yang berlangsung bertahun-tahun ini bukan hanya merugikan kita secara finansial, tetapi juga mengakibatkan berbagai bencana alam dan bencana sosial mulai dari banjir bandang, tanah longsor, dan terancam punahnya beberapa satwa langka penghuni hutan Kalimantan. Efek domino lain adalah dunia internasional menghujat negara Indonesia sebagai perusak hutan tercepat di dunia. Di lain pihak, negara Malaysia mengambil keuntungan yang sangat besar dari degradasi hutan kita. Industri pengolahan kayu tumbuh subur di wilayah Malaysia, dan saat ini Malaysia merupakan negara pengekspor kayu olahan terbesar di dunia dan hutan Malaysia tetap lestari karena tak terjamah. Sedangkan di negara kita ribuan industri kayu kelas menengah ke bawah gulung tikar akibat sulitnya mendapat bahan bakunya setelah pemerintah memperketat peredaran kayu gelondongan di dalam negeri, dan bencana alam pun terus mengakrabi negeri kita. Asal tahu saja bahwa maraknya idustri kayu di Malaysia bukan hanya bahan bakunya yang berasal dari Indonesia, tetapi tenaga kerja buruhnya juga didominasi oleh TKI kita.
Kita juga masih ingat dengan kasus Nirmala dan Ceriyati. Kedua perempuan ini adalah korban dari kebiadaban majikannya di Malaysia. Dua orang TKW ini awalnya hanya ingin memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya yang mungkin mereka pikir tidak dapat disediakan di negerinya sendiri sehingga harus berjudi dengan nasib menjadi PRT di negara tetangga. Nasib baik belum berpihak pada mereka, bukan perbaikan ekonomi keluarga yang didapat, namun siksaan dan penganiayaan dari majikan yang tak berperikemanusiaan yang harus diterima. Nirmala dan Ceriyati hanya 2 cerita dari sekian banyak cerita memilukan tentang penderitaan TKI/TKW kita di Malaysia, baik yang terekspos di media massa maupun yang tidak sempat diketahui oleh masyarakat umum. Bahkan tidak sedikit TKI/TKW yang harus meninggal secara tidak wajar di wilayah negara Malaysia seperti nasib Kurniwati. Ironisnya hampir semua kasus penganiayaan terhadap TKI/TKW tersebut tidak ditindaklanjuti secara adil oleh pengadilan Malaysia, para majikan yang biadab tersebut masih bebas hidup berkeliaran tanpa harus dipenjara. Sedangkan bila seorang WNI tertangkap atau tersangka melakukan tindak kejahatan di Malaysia, maka dengan jelas akan diperlakukan sebagai pesakitan mulai dari hukuman penjara, hukuman cambuk, hingga hukuman mati.
Meskipun banyak cerita memilukan dari TKI/TKW kita di Malaysia, namun tetap saja setiap tahun ribuan TKI/TKW diberangkatkan ke Malaysia, baik yang resmi maupun yang ilegal. Pemerintah dan masyarakat selalu terjebak pada pemikiran sempit bahwa TKI/TKW adalah sumber devisa yang membangun negeri. Padahal nilai uang yang dihasilkan oleh TKI/TKW tersebu tidak sebanding dengan jumlah yang mereka belanjakan di wilayah negara Malaysia sendiri. Dengan kata lain devisa atau uang yang dikirim TKI/TKW ke negeri kita sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uang yang dibelanjakan TKI/TKW di negara Malaysia baik dalam bentuk belanja konsumsi maupun pajak yang jumlah totalnya lebih dari 32 Triliun per tahun.
Jika kita jeli melihat, sangat sulit mendapatkan contoh kisah sukses dari para perantau di Malaysia yang berhasil membangun ekonomi keluarganya. Yang ada malah banyak perantau itu yang tidak pernah bisa mengirim uang kepada keluarganya, bahkan hilang berita keberadaannya di Malaysia. Namun ternyata rasa putus asa terhadap negeri sendiri dan iming-iming persuasi dari para calo TKI jauh lebih memikat para calon TKI/TKW daripada pilunya cerita perantau dari Malaysia.
Pemerintah Indonesia seakan tidak pernah belajar dari pengalaman yang ada, selalu terlambat menyadari kondisi yang ada. Jika Malaysia bisa membangun negerinya dengan bermodalkan bahan baku dan tenaga kerja dari Indonesia, kenapa pemerintah tidak bisa menyediakan lapangan kerja yang sama di negeri sendiri..? bukankah negara kita memiliki sumber daya alam yang besar, sumberdaya manusia melimpah ruah, pemikir-pemikir hebat, dan banyak anak muda brilian di negeri ini. Namun sayang semuanya tidak diberikan kesempatan yang sesuai di negeri ini. Pejabat pemerintah kita serta para wakil rakyat, terutama yang ada di daerah lebih sibuk dengan urusan politik dan menggunakan kesempatan yang ada untuk memperkaya diri dan keluarganya.
Berbagai cerita di atas bukan hanya membuktikan bahwa sebenarnya bangsa kita sedang dibodohi oleh tetangga kita. Bukan hanya stigma bangsa yang bodoh, tetangga kita Malaysia seakan telah menganggap bangsa kita sebagai bangsa kelas 2 yang bisa diperlakukan seenaknya.
Hari Minggu, 26 Agustus 2007. Donald Pieter seorang wasit resmi di kejuaran Karate Internasional di Malaysia yang berasal dari Indonesia  dihajar dan dianiaya oleh 4 oknum Polisi Diraja Malaysia tanpa alasan yang jelas. Meskipun ke-4 oknum tersebut mengetahui bahwa korbannya adalah seorang wasit resmi yang menjadi duta bangsa Indonesia, namun penganiayaan tetap dilanjutkan. Mungkin mereka berpikir Bpk Donald Pieter itu sama dengan para TKI/TKW yang bisa diperlakukan seenaknya tanpa bereaksi apa-apa. Sekali lagi, tetangga kita telah mengusik emosi kita secara terang-terangan.
Malaysia dulu berbeda dengan Malaysia sekarang. Tetangga kita itu telah berubah. Jika dulu Malaysia berguru dan menimba ilmu dari para dosen dan profesor kita, saat ini mereka telah menjadi lebih pintar dari kita, kipintaran itu telah membuat mereka juga lebih kaya dari kita. Dan kedua perubahan itu juga telah ikut merubah kepribadian dan sikap mereka.
Ibaratnya jika dulu tetangga kita masih lugu dan polos dengan kepribadian yang sederhana dan semangat persaudaraaan yang tinggi, namun saat ini telah berubah menjadi tetangga yang lebih pintar dan kaya. Layaknya OKB (orang kaya baru) Malaysia kini menjadi bangsa yang angkuh, sombong, acuh...dan agak biadab.
... oh Siti.. oh Datuk... kok loe pade belagu sih?

15 Agustus 2007

Pantai Kolbano

Pantai Kolbano memang tidak banyak dikenal dan dikunjungi oleh masyarakat di kota Kupang. Hal ini karena untuk melihat pantai yang masuk dalam wilayah Kabupaten TTS ini warga kota Kupang harus menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 130 Km dengan waktu tempuh 3 jam. Namun meskipun tidak begitu populer sebagai tempat tujuan wisata, Pantai Kolbano ternyata menyimpan daya tarik tersendiri yang tidak dapat ditemukan di tempat lain. Pantai yang menghadap ke Samudra Hindia atau laut selatan ini dipenuhi dengan bebatuan kecil berbentuk lempeng dan bertekstur halus layaknya batuan pantai lain. Batu Kolbano, nama itu yang dikenal untuk menyebut bebatuan dari Pantai Kolbano yang telah menjadi komoditi andalan masyarakat di sekitar Pantai Kolbano. Batu Kolbano ini telah ditambang dan diperdagangkan secara resmi sejak tahun 80-an. Batu ini biasanya dipergunakan sebagai batu hias di taman atau di lobi-lobi hotel, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Pagi itu masih jam 6.20 pagi aku dan temen-temen FAU (Fius Alliance Unit) sudah berangkat dari Kupang dengan tujuan Pantai Kolbano. Ternyata melakukan perjalanan pagi itu membawa suasana yang menyegarkan. Udara yang masih segar, sinar matahari memantul di dedaunan, serta melihat aktifitas penduduk di awal hari merupakan pemandangan yang jarang aku temukan. Selama ini perjalanan pagi hanya aku lakukan jika harus bepergian dengan pesawat pagi.
Untuk menuju Pantai Kolbano kita mesti melewati desa-desa dan areal persawahan yang cukup panjang. Hamparan sawah yang hijau dihiasi pohon kelapa dan pohon tuak menciptakan pemandangan yang menggoda naluri photografiku, tapi sayangnya tidak banyak kesempatan untuk berhenti karena mobil yang terus melaju. Dan setelah menempuh perjalanan selama 3 jam lebih yang melelahkan dan nyaris putus asa karena pantai Kolbano serasa semakin menjauh, akhirnya rombongan kami sampai juga di Pantai Kolbano.
Pantai yang cukup panjang ini dipenuhi dengan bebatuan kecil yang didominasi warna putih dan kemerahan. Angin pantai lumayan kencang dengan terik matahari yang menyengat..! di pantai itu hanya disediakan 2 lopo bagi pengunjung, sementara di bagian lain terlihat penduduk sedang mengumpulkan batu yang dikemas dalam karung plastik kecil. Setelah sejenak menikmati suasananya, aksi narcistme langsung dilakukan, jepret sana jepret sini, sedangkan yang lain sibuk memilih-milih batu.. (ngutil dikit) atau sekedar duduk menikmati pantai di lopo kecil. Setelah menghabiskan jatah konsumsi masing-masing di lopo sebagian rombongan melanjutkan aksi narcist sambil menikmati pantai yang sangat indah itu, maklumlah dengan adanya pemandangan bagus didukung dengan model yang bagus pula membuat aksi narcist tidak pernah mati. Dan tepat pukul 2 siang akhirnya rombongan sepakat balik.. yach, rugi lah kita dengan jarak tempuh yang cukup jauh dan waktu menikmati pantai indah ini cukup singkat.



beautiful beach, beautiful stones, beautiful girls..


Valentino Rossi 'versi pasca tabrakan' menghabiskan masa rehat balapan bersama Paris Hilton di pantai

13 Agustus 2007

How Art Your Car Today?

Ini cuma Bemo, angkutan umum yang ada di kota Kupang, NTT.
Bemo di Kupang menjadi angkutan umum paling populer sejak lama, meskipun saat ini mulai agak tergeser dengan keberadaan motor ojek yang menjamur.
Angkutan bemo merupakan fenomena unik di Kota Kupang karena selain dilengkapi dengan audio dengan power yang besar, bemo juga dihiasi berbagai asesoris di dalam dan di luarnya. asesoris di dalam biasanya berupa boneka, takometer, lampu-lampu, atau sekedar car freshener untuk memanjakan hidung penumpangnya.
Saat ini jumlah bemo di kota Kupang tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Jika 5 tahun lalu dari 10 mobil yang melintas di jalanan, 6 di antaranya adalah bemo dan hanya 4 mobil pribadi, artinya 60% mobil yang melintas di kota Kupang saat itu adalah bemo. Namun saat ini perbandingannya sudah berbalik, bemo hanya sekitar 35% dari sekian mobil yang melintas.

Bahkan begitu populernya bemo Kupang saat itu, hingga sering diadakan kontes audio bemo tahunan. Saat itu kualitas dan kekuatan audio sebuah bemo akan menentukan kepopuleran bemo tersebut. Perlu diketahui bahwa setiap bemo di kota Kupang (dan juga di NTT) selalu memiliki nama tersendiri, serta untuk menentukan jalur yang dilewati ditandai dengan nomor yang ditempatkan di atas bemo dengan sebuah lampu di dalamnya. Oleh karena itu jalur jurusan bemo dikenal melalui nomor di lampunya. Jika di tempat lain jalur angkutan umum dikenal melalui tempat yang dilaluinya, maka bemo kupang dikenal melalui lampunya 'Kakak mau naik bemo lampu berapa?..
Dengan dentuman musik yang cukup kuat, maka otomatis di dalam sebuah bemo yang berjalan kita akan kesulitan untuk ngobrol atau berkomunikasi dengan orang lain. Nah jika seorang penumpang ingin turun di suatu tempat, ga perlu berteriak kepada sopir atau kondekturnya, cukup ketukkan jari atau uang logam/cincin anda ke kaca atau handle yang ada di dalam mobil dan dengan sigap sopir bemo akan ngerem dan putar setir ke kiri. Nah akibat seringnya si sopir putar setir mendadak untuk menurunkan penumpang ini, di Kupang sering terjadi kecelakaan kecil bagi pengendara motor di belakangnya.

Fenomena baru dari bemo Kupang saat ini adalah adanya hiasan tambahan di setiap bidang kacanya, mulai dari kaca depan, samping dan kaca belakang. hiasan ini biasanya berupa lukisan stiker mirip seni kaca patri. Yups.. Bemo Kupang semakin semarak dan semakin artistik.

Jika anda ke kota Kupang dan tidak mencoba menggunakan angkutan bemo ini, rasanya kurang lengkap. Karena Bemo sudah menjadi salah satu icon kota Kupang. Nah jika ingin menggunakan jasa angkutan bemo, sebaiknya perhatikan dulu jalur yang akan dilaluinya melalui angka yang ada di lampu di atas kabin. Sebagai informasi awal, bisa dilihat dibawah ini;
lampu 1 : Sikumana-Oepura-Kuanino-Oeba
lampu 2 : Oepura-Kuanino-LLBK-Kampung Solor-Oeba
lampu 3 : Terminal Kupang-Kuanino-Bakunase
lampu 6 : Oebufu/Flobamora mall-Oebobo-terminal Kupang
Lampu 5 : Oebobo-Oeba-Terminal Kupang
lampu 7, 27 : Walikota-Kpang
Lampu 10 : Walikota-Pasirpanjang-Kupang*
*sumber : Organda (organisasi gadis dan janda)


9 Agustus 2007

Sirih Pinang Orang Timor

Jika kita pergi ke pelosok di wilayah daratan Timor Barat, maka kita akan sering menjumpai beberapa hal yang tidak ditemukan di tempat lain. Ketika memperhatikan penduduknya, hampir semua orang laki-laki dan perempuan selalu terlihat sebagai pesolek dengan balutan gincu di bibirnya. Dan tidak lupa mereka selalu membawa seperangkat peralatan yang biasanya disimpan dalam kotak atau tas kecil semacam box kosmetik. Tapi ternyata bibir yang merah itu bukanlah gincu melainkan warna yang membekas akibat sirih pinang di mulut mereka, sedangkan kotak box kosmetik yang disebut Oko Mamah atau yang berbentuk tube disebut Aluk itu adalah perlengkapan standar untuk menikmati sirih pinang. Oko Mamah biasa dipakai oleh para kaum wanita sedangkan Aluk dipakai oleh kaum laku-laki.

Selain itu, jika kita melihat ke hamparan tanah atau lantai di perkampungan penduduk, kita akan melihat banyak bekas bercak merah darah yang tercecer di atas tanah, diatas lantai, di batu, atau di dahan dan daun yang rendah. Tapi tak usah panik atau takut, itu bukanlah darah yang tertumpah akibat pembunuhan bukan pula bekas hewan yang terbantai.. itu adalah 'limbah organik' yang dihasilkan oleh proses fermentasi instan antara buah sirih, buah pinang, kapur, dan air liur penduduk.



'Mamah' sirih pinang sudah menjadi tradisi masyarakat Timor yang tidak diketahui mulai kapan kebiasaan tersebut berlangsung. Tradisi 'mamah' sirih pinang ini juga sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Timor, hampir seluruh acara adat dan acara resmi lain selalu diawali dengan acara makan sirih pinang terlebih dahulu. Ketika tamu baru datang, sebelum minuman dihidangkan biasanya terlebih dahulu disediakan seperangkat sirih pinang di atas meja. Dan konon sebagai tanda bahwa sang tamu menaruh rasa hormat pada tuan rumah, maka sang tamu harus mencicipi sirih pinang tersebut.

Untuk dapat memamah sirih pinang, Orang Timor harus menyiapkan tiga bahan penting yakni buah sirih, buah pinang, dan kapur sirih. Ketiga bahan ini sangat mudah ditemukan di pelosok daratan timor, terlebih buah pinang dan kapurnya. Pohon pinang banyak terdapat di pekarangan penduduk atau di daerah mata air, sedangkan kapur sirih diambil dari bunga karang yang telah mati kemudian dibakar hingga menjadi bubuk kapur. Bagi anda yang ingin mencicipi sirih pinang sebaiknya berhati-hati, karena jika kita salah memamahnya atau sampai menelannya terutama pada mamahan pertama maka akan mengakibatkan 'mabuk sirih pinang' yakni pusing kepala dan mual-mual.





Hal unik lain dari tradisi mamah sirih pinang ini adalah ketika usai dilakukan suatu acara adat atau sekedar berkumpulnya para orang tua. Di sekitar lokasi acara tersebut akan dengan mudah ditemukan bercak-bercak merah darah di tanah atau di pohon-pohon, bahkan warna merah darah tersebut dapat menjadi dominan di tanah karena banyaknya pemamah sirih pinang yang membuang ludahnya di tempat yang sama. Akibat tradisi yang selalu menghasilkan limbah inilah yang sering diprotes oleh para ABK kapal atau fery yang melayari kepulauan di NTT. bisa dibayangkan jika di dalam sebuah kapal terdapat 100 orang yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan mamah sirih pinang.. kapal yang biasa berwarna coklat dan putih itu bisa berubah warna mendadak di tengah perjalanan akibat siraman limbah sirih pinang yang dibuang sembarangan.

Jadi bagi anda yang saat ini ingin mengubah warna rumah atau mobil anda menjadi merah, tak usah mengeluarkan ongkos besar buat membeli cat. Anda cukup menyediakan seperangkat sirih pinang dan mengundang beberapa orang Timor untuk memamah sirih pinang. Dijamin deh warna rumah atau mobil anda bakal berubah seketika menjadi merah. Silahkan mencoba..

27 Juli 2007

Mengapa Negara Kita Miskin?*

Perbedaan antara bangsa miskin (berkembang) dan bangsa kaya (maju) tidak tergantung pada umurnya.
Bangsa Mesir dan India telah berusia lebih dari 2000 tahun, tapi mereka tetap terbelakang. Negara Singapura, Kanada, Australia, dan New Zealand yang usianya kurang dari 150 tahun dalam membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di dunia dan penduduknya tidak lagi miskin.

Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin. Jepang mempunyai area yang sangat terbatas, daratannya 80% adalah pegunungan yang tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan. Namun saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi dunia. Jepang laksana negara 'industri terapung' yang besar, mengimpor bahan baku dari semua negara dan mengekspor barang jadinya ke semua negara.
Para eksekutif dan ilmuwan dari negara maju yang berkomunikasi dengan rekannya dari negara berkembang akan berpendapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan orang di negara maju dan negara berkembang.
Ras atau warna kulit juga bukan faktor penting. Para imigran yang dikatakan pemalas, ternyata menjadi SDM yang produktif di negara maju.


.. Jadi apa yang membuat negara menjadi maju atau terbelakang?

Perbedaannya adalah pada sikap atau perilaku masyarakatnya, yang terbentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.

Berdasarkan analisa di atas, perilaku masyarakat di negara maju, ternyata mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti dan patuh pada prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut ;

  • Kejujuran dan integritas
  • Bertanggungjawab
  • Hormat pada aturan dan hukum masyarakat yang positif
  • Hormat pada hak orang lain
  • Cinta pada pekerjaan dan bekerja keras
  • Berusaha keras menabung dan investasi
  • Tepat waktu.

Di negara miskin / terbelakang/ berkembang, hanya sebagian kecil masyarakat mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut.

Kita bukan miskin (terbelakang) karena kurang sumber daya alam, atau karena alam yang kejam pada kita. Kita miskin karena perilaku kita yang kurang baik. kita kekurangan kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang akan memungkinkan masyarakat kita membangun masyarakat, ekonomi, dan negara kita.

*Dikutip dari suatu sumber yang diterjemahkan oleh Boedi Dayono, 2005


9 Juli 2007

Dari Laut ke Mall

Biasanya orang2 apalagi remaja dan orang muda kalo pergi ke Mall pasti mesti dandan dulu, pake baju yg ok, and ga lupa mandi dulu.. poko'e harus tampil oke de. Tapi kalo ada yang ke Mall berbekal sisa garam air laut di badan... ga pake mandi/bilas dulu... ga pake ganti baju.. pokoknya dari laut langsung ke mall? ... pasti itu nelayan yang mo beli kail di supermarket!
Ceritanya gini..
Seperti biasa, di hari libur acaranya ke laut tuk snorkling. kali ini pilihannya ke Tablolong nun jauh di ujung barat pulau Timor... sst, tapi ini bukan cerita tentang Pantai Tablolong!.
setelah kecapean mandi laut (maunya sih snorkling tapi air ga juga surut), aku ikut hunting kerikil dan batu2 di tepi pantai sama To'o Toni dan mbak Andriani. lumayan kerikil dan bebatuannya bagus2, buat nambah koleksi. jam 5.30 kami segera meninggalkan Tablolong dan ngebut pulang karna mbak Andri mo kejar bis luar kota. meski hari mulai gelap dan angin dingin cukup kencang, kami nekat ngebut terus di jalan sepanjang 25 kiloan itu sampe mirip si Komeng... kan motornya samaa! bedanya jaketku ga sampe robek2, tapi celana si Imsak yang robek2..
sampe di Kupang, to'o Toni dan mbak Andry langsung pulang sementara aku dan Imsak mampir ke Bakso Ratu Sari di dekat Flobamora Mall. Dingin2 makan bakso en teh hangat.. mak Nyos!. habis bakso Imsak ngajak ke mall tuk belanja sembako, kebetulan aku juga perlu bekal tuk ke Amarasi.
Pengunjung di mall ternyata lagi penuh, sampe parkiran pun mesti mepet2. sebelum ke supermarketnya kami liat2 stand home entertainment dikira calon pembeli serius, seorang penjaganya melayani dan menjelaskan pada kami dengan antusias (ga tau apa kalo lagi bokek!). Puas dari situ kami mau langsung ke supermarket, tapi aku harus mengeluarkan kerikil2 dari kedua kantong di jacket tuk dijadiin satu di dalam tas, cuek aja aku keluarin kerikil2 dari jacket di atas meja penjaga.
Di dalam supermarket di lantai bawah itu kita muter2 liat barang, mulai gelas buat naruh batu sampe minuman ringan, liatnya sih banyak tapi belanjanya dikit. keluar dari supermarket Imsak mo beli sepatu, jadi terpaksa nemenin dia di counter yang berada tepat di hall tengah itu. sementara Imsak yang kali ini mirip pemulung pantai itu coba sana coba sini, pas sana pas sini... aku duduk di kursi pas yang dibelakangnya ada cermin tembok. Dan ketika coba ngaca di cermin itu... Wow, oh my....!!!*-#?
ternyata aku berantakan... rambut awut2-an campuran sisa garam laut yang dipermak angin jalanan, muka lusuh ga jelas maknanya, celana setengah tiang yang masih basah, dan sandal pun masih berpasir.. jadi dari tadi tuh aku seperti ini ya? keliling di mall? mirip nelayan terdampar? ada orang yang kukenal ga yang liat?....

4 Juli 2007

Malang Tempo Doeloe, Festival

Saat dapat kesempatan travel dari kantor tuk ke Jakarta di bulan Maret 2006, aku sempatkan singgah di rumah beberapa hari. Saat itu juga aku gunakan kesempatan tuk ngunjungi Kota Malang, kebetulan ada kerabat yang punya rumah di Malang dan pas juga ada teman SMA yang juga lagi berada di Malang. Memasuki Kota Malang membawa ingatan pada teman2ku alumni SOB Malang, eventhough choosen SOB was one of two big mistakes in my life time, another is come to Kupang....
Back to Malang... Saat muter2 kota Malang dg temenku aku sempat membaca spanduk acara festival tempoe doeloe di Jl Ijen. Spanduk itu membawa aku dan temanku mengakhiri acara jalan2 di Jl Ijen yang juga dulu menjadi lokasi kampusku. Ternyata acara festivalnya masih ada.... Jl. Ijen yang biasanya tenang dan nyaman buat jalan2 kali itu menjadi ramai oleh pengunjung festival dan segala atribut bernuansa tempo doeloe, termasuk sebagian pengunjung pun menggunakan pakaian atau kendaraan tempoe doeloe. Dan inilah foto2nya...
<== Mr. Mi(f)taki mo naek dokar

Merdeka... Merdeka...!
kalo gadis2 tempo doeloe aja kayak gini, apalagi gadis tempo kini ya?

Bekas mobil RI #1


Pak Pulisi.. Ada perampok yg pake dasi, tapi naik sedan... bisa dikejar gak?
...waah ga bisa dhik, lha wong saya cuma ngonthel..















20 Juni 2007

Jalan-jalan di Akhir Pekan

Jumat 15 Juni, mbak Tanti ngajak jalan-jalan bareng genk 'petualang' (me, Imsak, MasTo'o Toni, dan mbak Tanti) buat nemani Tiza yang akan segera balik ke Makassar 2 hari lagi. ya, sudah 4 hari Tiza (tanpa hrf 'r' di tengah) datang di Kupang tuk ngebantu kami dalam database. Rencananya seh kita akan jalan pas jam bubar kantor dengan tujuan ke pantai liat sunset dengan tujuan pertama ke pantai Lasiana, tapi karna satu dan lain hal kita baru bisa jalan jam 5.20pm, padahal akhir2 ini matahari cenderung lebih cepat tenggelam (dah males nyinari bumi). Ternyata belum lagi kami sampai di Lasiana, mentari sudah tenggelam, jadinya kami hanya bisa melihat bias jingga matahari di antara siluet nyiur pantai. Dan kami hanya bisa menikmati hidangan pisang bakar dan air kelapanya. sebenarnya bagiku Lasiana itu bukan tempat yang menyenangkan, bahkan tidak ada dalam kamus jalan-jalanku, tapi karena mau ikut acara jalan-jalan, akhirnya aku pun sampai di Lasiana.
Dari pantai Lasiana kami pun melanjutkan ke terminal Kupang yang ramai di malam hari, dan setelah puas nongkrong2 serta hunting suvenir, acara jalan-jalan malam itu diakhiri dengan makan malam di sebuah warung pojok.
Sabtu 16 Juni, sesuai kesepakatan kami akan jalan-jalan lagi, tapi kali ini acaranya cuma makan siang di tepi laut Tenau sambil snorkling. Acara yang direncanakan mulai jam 12.30 siang itu sekali lagi molor sampai jam 2.30. Meskipun ada kendala kurangnya motor, namun akhirnya bisa disiasati dengan menggunakan jasa 'Ojek'. sesampainya tempat tujuan yang berada tepat di bawah goa monyet tenau itu acaranya adalah makan ikan bakar yang dibeli di pasir panjang.

Ada yang aneh di pantai yang dibatasi batu karang yang tajam itu, biasanya di sini selalu sepi dan nyaris tidak terdapat orang atau pengunjung, tapi kali ini banyak orang yang sedang menambang pasir dan sesekali terdapat truk pengangkut pasir lewat di atas. Ternyata ada penambangan pasir (liar??) dengan menggunakan penduduk setempat sebagai tenaganya. sebelumnya beberapa kali aku sempat ke sini hanya untuk berenang di laut yang sepi dan menikmati 'laut meeting' atau saat air laut surut yang membuat bunga2 karang bisa dilihat dengan jelas dengan ikan-ikan kecil di antaranya.
Kali ini aku dan Imsak 'si bocah Kemplo' membawa alat snorkling masing-masing, dan tanpa menunggu lama Imsak langsung 'bermain air' berenang di kejauhan yang kemudian aku susul. ini acara snorklingku yang kedua setelah sebelumnya aku dan Imsak mencoba di Tablolong. Ternyata ikan-ikan yang bermain di bunga karang di Tenau ini jauh lebih berani bahkan sedikit 'jinak' ketika didekati, dengan begitu aku bisa lebih lama menikmati ikan-ikan karang yang bentuknya 'aneh-aneh' itu berkeliaran di sekitarku.
Saat suasana mulai gelap kami segera beranjak pergi dan akhirnya acara jalan2 kali ini dituntaskan di rumah dengan menikmati minuman hangat buatan sendiri.

15 Juni 2007

Sea World Hotel, Maumere

Kemaren saat browsing di google, aku sempat kesasar ke website hotel SeaWorld. Websitenya sih Dutch minded, meskipun ada terjemahan Englishnya tapi tetep aja sering pusing membacanya. Di situ ada galeri foto tentang hotel dan fasilitas yang ditawarkan. Melihat foto2 yang ada di situ, aku jadi teringat lagi tentang nikmatnya menghabiskan waktu di SeaWorld hotel itu. Ya, aku memang sering mengunjungi bahkan menginap di hotel itu.
Sewaktu di Maumere (bersama Plan Sikka) SeaWorld hotel atau yang kami menyebutnya Sea World Club (SWC) adalah salah satu dari dua venue yang dijadikan langganan untuk kegiatan kami, baik kegiatan bersama mitra atau masyarakat, maupun kegiatan internal lembaga. Tak cukup dengan itu, pantainya juga sering aku kunjungi di saat libur bersama teman hanya untuk berenang atau tiduran di pasirnya, paling sering sih dengan Titon, tul ga' Titon?. Ya, hal itu karena di pantai SeaWorld terdapat fasilitas shower air tawar yang ditempatkan di beberapa titik, sehingga setelah puas berenang di air asin, kita bisa membilas badan dengan shower itu.
Lokasi SWC 8 Km arah timur dari pusat kota Maumere, pas berada di luar batas kota Maumere. Hal ini cukup ideal untuk beristirahat terhindar dari hiruk pikuk keramaian kota, apalagi hotel yang bertype resor ini berada di atas pantai. Kamarnya terbagi dalam beberapa type dengan harga yang berbeda, mulai dari beach house sampai yang bungalow yang excusive. aku sih paling suka menggunakan beach house karena tempatnya yang tepat di bibir pantai, meskipun dengan fasilitas yang serba minim dibandingkan dengan kamar yang lain.
Bicara tentang Sea World Club, bagiku itu berarti ;
  • Pasir laut, pohon kelapa, ketapang, biru laut, bunglow, kamar panggung, dan restoran terbuka, sunyi,
  • Nyantai di pantai setelah penat dengan kegiatan training atau workshop,
  • tidur di kamar ditemani suara deburan ombak,
  • bangun pagi, berenang sejenak, trus sarapan dan ngopi di restoran,
  • Berenang bebas di laut yang jernih, trus bebilas di shower air tawar,
  • Ikan Bakar, Sup Asparagus, Jus buah, Kopi Pekat, Live music BangBoler,
  • nunggu pesanan makanannya kelamaan,
  • pusink ngorganisir pelatihan dengan peserta dan fasilitator yang rewel,
  • main bola di pantai-kecapean de,
  • ketiduran di kursi pantai dibalut angin sepoi-sepoi, kepanasan seh,
  • menampung cerita bu Trix Mali sampai ngantuk, kram juga,
  • nelayan merajut jala, turis pergi diving, anak pantai berenang,
  • Plan-Yaspem, Adituka,
  • Rocky Independent, GL-Max, Mega Pro.

Di antara beberapa kunjungan dan waktu menginap di SWC, ada 2 kenangan yang paling berkesan buat aku. Pertama adalah saat aku dan teman2 Plan Sikka menginap di SWC untuk penyusunan Rencana Operasional FY '06 (Juni 2005), I spent my time with her. dan yang kedua adalah saat Family Day Plan Sikka yang seru dengan kegiatan2 kebersamaannya.

Terakhir, aku menghabiskan waktu di SWC adalah saat mengikuti pelatihan CCCD sekitar bulan Oktober 2006 lalu (sekaligus sibuk sbg panitianya), namun sayang kali ini aku ga bisa menikmati bersantai di SWC, scara harus mondar-mandir ke kantor buat nyelesaikan tugas lain.
Titon, kalo loe maen ke SWC, sampekan salam buat Bu Trix Mali ya, biar nanti bisa ditraktir Jus Alpukat atau bahkan makanannya sekalian..!.