5 November 2007

Jalan-jalan setelah Lebaran

Taman Safari Indonesia II
Di H+3 Lebaran 2007 kali ini aku berkesempatan jalan-jalan dengan keluarga di Taman Safari Indonesia II. Acara jalan-jalan ini sebenarnya rangkaian kegiatan setelah bersilaturrahmi ke sanak famili, acara rutin keluarga di hari lebaran.
Taman Safari Indonesia II (TSI II) terletak di kawasan kaki gunung Arjuna yang masuk di wilayah Kabupaten Pasuruan. Untuk memasuki taman wisata ini bisa ditempuh melalui 2 jalur pintu masuk, dari Pandaan dan juga dari Prigen.
Keramaian jalanan di kawasan wisata mulai dari Pacet, Trawas hinga Prigen cukup terasa. Kendaraan roda 2 maupun roda 4 memadati jalanan di pegunungan Arjuno/Welirang. Kepadatan kendaraan roda 4 makin terasa saat memasuki pintu masuk Taman Safari dari jalur Prigen, meskipun pintu ini adalah pintu kedua, sedangkan pintu utama berada di jalur Pandaan.
Untuk memasuki Taman Safari pengunjung ditarif Rp.35.000 untuk Dewasa dan Rp.30.000 untuk anak balita. Bagi pengunjung yang datang menggunakan motor atau rombongan pengelola menyediakan fasilitas bus keliling, sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan roda 4 pribadi pengunjung dapat langsung memasuki kawasan yang dihuni sekitar 200 jenis satwa liar ini dengan kendaraannya. Lokasi Taman Safari yang berada di lereng gunung Arjuno dengan hamparan hutan pinus membuat tempat ini cukup ideal dijadikan tujuan wisata keluarga karena selain dapat berjalan-jalan sambil mengamati berbagai satwa dengan suhu udara yang cukup sejuk, juga disediakan sarana rekreasi keluarga dengan berbagai fasilitas hiburannya yang terletak di area parkir dalam kawasan.
Seperti halnya Taman Safari Indonesia I yang ada di Bogor, di TSI II ini semua satwa penghuninya dilepas di suatu kawasan berikat yang dipagari kawat antara satu pengandangan dengan pengandangan lain. Sistem pengandangan ini disesuaikan dengan sifat dan asal satwa di habitat aslinya. Hal ini sepertinya ditujukan agar antara satu jenis hewan dengan jenis lainnya tidak saling mengganggu. Hal lain yang cukup khas ala Taman Safari adalah keakraban satwa liar dengan mobil pengunjung, hewan bisa berjalan bebas diantara mobil pengunjung, terutama untuk hewan-hewan mamalia yang berasal dari Afrika. Keakraban ini mulai dirasakan pengunjung dari dalam mobil saat mobil memasuki kawasan mamalia, hewan-hewan tersebut dengan pede akan langsung menghampiri kaca jendela mobil yang terbuka berharap ada sesuatu yang dikeluarkan oleh penumpang yang bisa dilahap, persis pengamen dan pengemis di perempatan lampu merah Surabaya. Meskipun pengelola sudah memberi peringatan melalui tulisan yang ditempel di tempat-tempat tertentu untuk tidak memberi makan hewan, namun sepertinya para pengunjung tidak menggubrisnya dengan tetap memberi makanan melalui jendela mobil mereka, begitu juga dengan si hewan yang memang tidak bisa membaca peringatan tersebut. Bahkan untuk beberapa jenis hewan tampak dijaga ketat oleh petugas agar hewan tidak memakan pemberian pengunjung, seperti yang terihat di pengandangan gajah, ketika seekor gajah nekat mendekati sebuah mobil yang menyodorkan sejumput makanan dan langsung melahapnya, rupanya si gajah tidak melihat kalau ada petugas yang tak jauh darinya sedang memperhatikan. Ketika si gajah menyadari bahwa dia sedang dihampiri oleh sang petugas dengan pentungan kayu ditangan, sontak si gajah lari terbiri-birit dan petugas mengejar sambil memukuli kaki si gajah nakal tersebut sebagai hukuman. Pemandangan ini mirip dengan seorang guru yang memukuli murid saat ketahuan melanggar peraturan sekolah. Si Guru yang tidak ramah anak, si petugas yang tidak ramah hewan..


Bersantai di Rm. Sendang Raos
Mencari dan memilih tempat makan terkadang menjadi masalah yang tidak mudah, apalagi bagi orang2 yang sudah rutin dengan kebiasaan makan di luar rumah (anak kos dan sejenisnya). Meskipun pada dasarnya ketika kita lapar, maka orientasi pilihan bukan lagi pada masalah selera, melainkan pada hasrat mengisi perut itu sendiri. Namun dengan makin banyaknya pilihan tempat makan dengan berbagai menu dan konsep suasana yang ditawarkan, maka terpaksa kita harus memilih. Pengalaman pelik dalam memilih tempat makan sering aku alami sebagai anak kos, baik sewaktu di Maumere maupun sekarang di Kupang. Begitu juga jika sedang berada di kampung halaman ketika hendak hangout bersama teman.
Saat ini semakin banyaknya rumah makan berdiri dan wisata kuliner telah menjadi fenomena gaya hidup hampir di semua kota. Untuk menarik pengunjung maka banyak rumah makan menawarkan berbagai daya tarik berupa konsep suasana maupun menu yang disajikan.
Suasana keakraban dan pemandangan alam dengan menu harga terjangkau merupakan konsep yang sepertinya ditawarkan oleh Pak Tjuk melalui Rm Sendang Raos yang berlokasi di Jl Trawas-Mojosari di desa Jatijejer Kec. Trawas. Rumah makan ini menyajikan menu yang sederhana dan terbatas, Cuma terdapat menu ayam lalapan, sari kali (mulai ikan wader hingga nila) tempe/tahu penyet, beberapa makanan khas jawa timuran, dan gurami bakar yang menjadi menu andalannya. Menu ternyata bukan menjadi daya tarik utamanya, tetapi suasana dan pemandangan alam Gunung Penanggungan yang cantik adalah keunggulannya.
Dari jalan rumah makan Sendang Raos hanya dimunculkan oleh papan nama dan gapura, sedangkan rumah makan yang berbentuk pendopo joglo baru ditemukan setelah kita memasuki jalan pelataran sekitar 50 m.
Selain pendopo yang terbagi dalam dua bagian besar yang menghadap langsung ke arah gunung dan sebuah kolam memanjang di depannya, pengunjung juga dapat memilih bungalow kecil yang berada di area parkir mobil dan lebih dekat ke areal perkebunan di sisinya. Di dalam pendopo sendiri dipenuhi dengan hiasan gebyok jati ukir serta terdapat pilihan meja makan atau kursi bayang yang biasanya ada di teras rumah kepala desa Jawa di jaman lampau. Jika ingin berlama-lama sambil bersantai bersama rekan atau keluarga, terdapat papan catur atau alat pancing sederhana yang disediakan secara gratis bagi pengunjung. Kegiatan bersantai tersebut bisa dilakukan saat menunggu menu datang ataupun sehabis menikmati makan sambil menikmati udara sejuk pegunungan dan indahnya gunung Penanggungan dari dekat.
Meskipun suasana dan tata ruang yang ditawarkan cukup berkelas namun harga menu makanan cukup murah dan terjangkau, tidak jauh beda dengan harga makanan di Pasar Legi Mojosari. satu ekor gurami besar plus sambal lalap, nasi sebakul, cah kangkung, tempe penyet, tahu penyet masing2 satu porsi, dan 2 minuman segar hanya seharga Rp.37.000,- Meskipun begitu rumah makan lesehan ini tidak terlalu ramai sehingga cukup nyaman bagi pengunjung yang biasanya datang rombongan dengan mobil. Sepertinya pengunjung adalah para wisatawan dari arah Surabaya atau para keluarga yang sudah menjadi langganannya.
Matur nuwun buat Taki yang sudah mengajak dan mentraktir aku di Sendang Raos ini, next time lagi ya....

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Gostei muito desse post e seu blog é muito interessante, vou passar por aqui sempre =) Depois dá uma passada lá no meu site, que é sobre o CresceNet, espero que goste. O endereço dele é http://www.provedorcrescenet.com . Um abraço.

Anonim mengatakan...

Mas tony, aslinya mana ya?
Salam kenal ya, saya Akh. Alim Mahdi sekarang tinggal di Bali dan asli Mojosari - Mojokerto.
Mampir ke Blog saya ya..

Anonim mengatakan...

makasih infonya kebetulan kami sekeluarga juga ada rencana liburan ke bali, bisa jadi rekomendasi santap siang di perjalanan.
info sendang raos juga ada lho mas di jogja
baru az buka kayaknya...
lokasi di ring road utara..