Setelah menempuh perjalanan 1,5 jam dengan Feri express dilanjutkan dengan perjalanan motor 1 jam, akhirnya kami berempat dapat melihat pintu gerbang desa ‘Selamat Datang di Pantai Wisata Nemberala’.
Ada beberapa hotel dan homestay di sekitar pantai Nemberala dengan tarif mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu per malam, tapi akhirnya kami memilih penginapan milik Pak Thomas dengan pertimbangan sedang tidak ada pengunjung dan juga murah.
Ada beberapa hotel dan homestay di sekitar pantai Nemberala dengan tarif mulai puluhan ribu hingga ratusan ribu per malam, tapi akhirnya kami memilih penginapan milik Pak Thomas dengan pertimbangan sedang tidak ada pengunjung dan juga murah.
Desa Wisata Nemberala terletak di tepian pantai termasuk kecamatan Rote Barat Daya. Desa ini berpenduduk lumayan padat dengan bentuk rumah yang sebagian besar sudah berplester dan beratap seng, hanya sebagian yang masih menggunakan bebak dan atap alang-alang. Secara sepintas warga di desa ini termasuk berkecupan jika dibandingkan dengan beberapa desa yang sebelumnya kami lewati, menurut penuturan pak Thomas, kesejahteraan warga di sini ditopang dari komoditi rumput laut yang ditanam di sepanjang pantai Nemberala. Di sepanjang jalan dan juga di sekitar rumah warga terdapat pohon kelapa yang menjulang tinggi dan daunnya saling merapat sehingga meneduhkan sebagian besar desa ini. Di sore hari, beberapa orang yang sebagian besar perempuan paruh baya terlihat menyisir tepian pantai dengan berbekal karung ataupun keranjang yang terbuat dari tali buatan sendiri di pundak. Dengan seksama mereka mencari dan memunguti potongan-potongan rumput laut yang terbawa ombak hingga ke tepian pantai. Jika karung atau keranjang mereka penuh, maka mereka beranjak pulang untuk menjemur rumput laut tersebut.
Suasana yang sama juga terlihat di pantai di pagi hari, bahkan lebih banyak lagi orang yang berada di pantai karena selain para pencari rumput laut juga terdapat orang-orang yang sedang membersihkan atau sekedar memeriksa tanaman rumput laut mereka di pinggiran laut. Suasana ini semakin ramai oleh banyaknya binatang anjing dan babi yang berkeliaran di pantai.
Pantai Nemberala sudah lama dikenal sebagai tempat berselancar bagi turis mancanegara, sebagian besar turis yang datang di sini berasal dari Australia dan menginap rata-rata seminggu hanya untuk bermain gelombang air laut. Biasanya musim padat pengunjung di desa Nemberala adalah mulai pertengahan Juli hingga bulan September. Ombak di sini memang cukup ideal bagi peselancar, karena ombaknya yang cukup panjang dan lumayan tinggi menurut para peselancar memberi kepuasan tersendiri dalam bermain papan selancar. Hal ini ditunjang juga dengan indahnya pantai yang masih tergolong alami dengan rumah-rumah penduduk yang sebagian masih tradisional menambah nilai tersendiri sebagai tempat tujuan wisata pantai. Hanya saja
Akses jalan dari Ba’a menuju desa ini memang sedikit menghambat perjalanan wisatawan. Selain jaraknya yang lumayan jauh juga kondisi jalan yang lebih banyak rusak.
Selama 3 hari 2 malam berlibur di desa Nemberala cukup memuaskan kami berempat. Kami telah mengunjungi beberapa tempat wisata yang semuanya di kawasan pantai. Ada Pantai Boa yang disiapkan khusus untuk festival surfing dengan gelombangnya yang cukup dekat dengan bibir pantai. Kami juga mengunjungi pantai Fimok yang memiliki batu karang yang menyerupai pintu gerbang. Kami juga telah merasakan nikmatnya mandi dan bermain di pantai Nemberala bersama para peselancar asing, bahkan dengan berbekal papan selancar sewaan dari pak Thomas kami mencoba belajar berselancar meskipun tidak pernah bisa berdiri di atas ombak. Sebelum mengakhiri perjalanan di Rote kami sempatkan untuk melihat batu Termanu yang berupa gundukan bukit batu yang menjulang tinggi di tepi laut. Namun sayangnya perjalanan kami diakhiri dengan keterlambatan kapal feri di pelabuhan pantai baru hingga 3 jam.
Suasana yang sama juga terlihat di pantai di pagi hari, bahkan lebih banyak lagi orang yang berada di pantai karena selain para pencari rumput laut juga terdapat orang-orang yang sedang membersihkan atau sekedar memeriksa tanaman rumput laut mereka di pinggiran laut. Suasana ini semakin ramai oleh banyaknya binatang anjing dan babi yang berkeliaran di pantai.
Pantai Nemberala sudah lama dikenal sebagai tempat berselancar bagi turis mancanegara, sebagian besar turis yang datang di sini berasal dari Australia dan menginap rata-rata seminggu hanya untuk bermain gelombang air laut. Biasanya musim padat pengunjung di desa Nemberala adalah mulai pertengahan Juli hingga bulan September. Ombak di sini memang cukup ideal bagi peselancar, karena ombaknya yang cukup panjang dan lumayan tinggi menurut para peselancar memberi kepuasan tersendiri dalam bermain papan selancar. Hal ini ditunjang juga dengan indahnya pantai yang masih tergolong alami dengan rumah-rumah penduduk yang sebagian masih tradisional menambah nilai tersendiri sebagai tempat tujuan wisata pantai. Hanya saja
Akses jalan dari Ba’a menuju desa ini memang sedikit menghambat perjalanan wisatawan. Selain jaraknya yang lumayan jauh juga kondisi jalan yang lebih banyak rusak.
Selama 3 hari 2 malam berlibur di desa Nemberala cukup memuaskan kami berempat. Kami telah mengunjungi beberapa tempat wisata yang semuanya di kawasan pantai. Ada Pantai Boa yang disiapkan khusus untuk festival surfing dengan gelombangnya yang cukup dekat dengan bibir pantai. Kami juga mengunjungi pantai Fimok yang memiliki batu karang yang menyerupai pintu gerbang. Kami juga telah merasakan nikmatnya mandi dan bermain di pantai Nemberala bersama para peselancar asing, bahkan dengan berbekal papan selancar sewaan dari pak Thomas kami mencoba belajar berselancar meskipun tidak pernah bisa berdiri di atas ombak. Sebelum mengakhiri perjalanan di Rote kami sempatkan untuk melihat batu Termanu yang berupa gundukan bukit batu yang menjulang tinggi di tepi laut. Namun sayangnya perjalanan kami diakhiri dengan keterlambatan kapal feri di pelabuhan pantai baru hingga 3 jam.
Tips :
- Jika ingin membawa motor menggunakan Fery Express, sebaiknya kurangi BBM di tangki motor, karena sebelum naik tanki motor diperiksa dan akan disedot jika terlihat penuh.
- Cari hotel atau penginapan yang sekaligus menyediakan makanan, karena di Nemberala belum tersedia rumah makan / warung.
- Jika tidak memakai kendaraan sendiri, sebaiknya menggunakan jasa bemo carter untuk mempercepat waktu tempuh.
- untuk ketepatan waktu, gunakan Fery Express meskipun harus membayar lebih mahal; 75rb per orang, 100rb untuk motor, sedangkan fery biasa cukup 38 ribu per orang.
9 komentar:
waaah... Nemberala tuh di Rote ya?
thanks info
... bagus gambarnya......make me wish to go at there someday
hotel di nemberala semalamnya berapa?
hotel di nemberala semalamnya berapa?
wah, saya kenal dengan pak Thomas. Beliau yang punya homestay di Nemberala. saya satu bulan di sana tapi masih belum puas...
sebenarnya ada lagi tempat2 yang keren...
pantai nirwana di Desa Oeseli...itu juga keren banget...
wah seneng deh ada turis dari negara sendiri..soalnya selama sebulan yg diliat cuma turis asing aja..
Nemberala is truly awesome place deh.. :)
Rote....pulau yang indah dengan penduduk yang ramah. Ini potongan catatan saya saat sejenak singgah di sana.....Salam Flobarmora!!
http://simpetadonara.blogspot.com/2008/09/puku-kaki.html
terimakasih teman2 yang udah kasih coment... dan maaf aku baru sempat lihat blog ini lagi
untuk mas Wilson, kalo penginapan di pak Thomas terakhir bertarif 150rb udah dapat 2 kali makan plus kopi pagi..
sedangkan untuk hotelnya bervariasi, di Agungerah ratenya 300rb dg 2 kali makan, sedangkan di hotel sebelahnya setahu saya bertarif dollar.
Hallo...saya dari Jakarta, akan travel ke Kupang selama libur Lebaran 6 hari. Saya tertarik sekali utk trip ke Nembrala. Mau tanya: 1) apakah aman untuk perempuan travel sendiri? 2) bagaimana transport yg aman & murah di P.Rote? 3) ada yang tau penginapan bagus & terjangkau di Nembrala & nomor telpnya? 4) apakah ada spot surfing utk beginner dari pantai? Terima kasih ya untuk yang berbagi info.
Posting Komentar